Sekuntum melati dipetik di taman kota
Harumnya singgah di istana
Berapa banyak melati layu di tangan
Berapa banyak anak perawan terjual ke tanah seberang
Dalam kelam ikan kecil menangis
Roti jatahnya dikorupsi pejabat negara
Berapa banyak anak terlantar sudah
Karena biaya buku mahal bukan main
Hari-hari ini makin bertambah dengan orang gila
Gila kekuasaan
Gila hormat
Gila pangkat
Gila jabatan
Gila gelar
Udin anak Marunda mengeluh
Mahasiswa masa kini kuk hobinya tawuran
Hobinya demonstrasi
Udin marah pada keadaan
Kenapa bapaknya cuma nelayan, bukan birokrat
Bukan pejabat, bukan pengusaha
Udin marah pada presiden
Besok dia pikir SBY Kalla, biar ganti presiden baru, harapan baru
Udin mengeluh pada tuhan
Ya tuhan kenapa nasibku sungguh malang benar
Ya tuhan Ubahlah keadaan orang kaya menjadi miskin melarat,
dan orang miskin menjadi kaya raya bahagia dunia akhirat
Udin anak marunda
Lahir di marunda
Sekolah di marunda
Kawin di marunda
Kerja di marunda
Dan rencana mati di marunda
Cisarua, 18 September 2004
Selasa, 23 Februari 2010
Kita Mesti Berani
Kalau kakimu diinjak tetangga
Suruh dia bayar rasa sakitmu
Kalau harga dirimu dilecehkan temanmu
Tempeleng sampai dia mampus
Kalau kehormatanmu direndahkan atasanmu
Tancapkan belatimu ke ulu hatinya
Kita mesti berani
Jangan katakan Ya kalau engkau tak suka
Berterusteranglah seperti di lubuk hatimu
Jangan takut karena di berkuasa
Jangan takut karena dia kaya
Jangan takut karena dia iblis
Kita mesti berani
Sekaliupun kita harus kalah
Karena hidup adalah perjuangan
Cisarua, 18 September 2004
Suruh dia bayar rasa sakitmu
Kalau harga dirimu dilecehkan temanmu
Tempeleng sampai dia mampus
Kalau kehormatanmu direndahkan atasanmu
Tancapkan belatimu ke ulu hatinya
Kita mesti berani
Jangan katakan Ya kalau engkau tak suka
Berterusteranglah seperti di lubuk hatimu
Jangan takut karena di berkuasa
Jangan takut karena dia kaya
Jangan takut karena dia iblis
Kita mesti berani
Sekaliupun kita harus kalah
Karena hidup adalah perjuangan
Cisarua, 18 September 2004
Langganan:
Postingan (Atom)